Kamis, 26 April 2012

Sekilas Tentang Sejarah Gereja

Sekilas Tentang Sejarah Gereja

1. Pendahuluan

Untuk menjelaskan definisi sejarah gereja, penulis memberikan definisi sejarah terlebih dahulu, Louis Gottschalk mengatakan bahasa Inggris sejarah (history) berasal dari kata benda Yunani istoria yang berarti ilmu pertelaan mengenai gejala-gejala (terutama hal ihwal manusia) dalam urutan kronologis.[1] Dalam bahasa Indonesia dapat berarti riwayat kejadian masa lampau yang benar-benar terjadi atau riwayat asal usul keturunan (terutama untuk raja-raja yang memerintah). Kata Sejarah berasal dari kata Syajaratun atau Syajarah dalam bahasa Arab yang artinya pohon atau silsilah. Umumnya sejarah atau ilmu sejarah diartikan sebagai informasi mengenai kejadian yang sudah lampau. Sejarah adalah peristiwa yang pernah diinformasikan, dituliskan, dianalisa, diinterpretasikan. Peristiwa itu ada pada masa lampau atau masa yang sudah lalu. Tidak ada sejarah tanpa pengaruh tafsiran penulis sejarah itu (disebut fakta subyektif), itulah yang disebut kreasi dari penulis sejarah. Dikatakan fakta subyektifitas jika si peneliti dapat mempertanggungjawabkan apa yang diteliti berdasarkan fakta, analisa dan interpretasinya. Dengan demikian sejarah tidak terlepas dari analisa dan interpretasi penulisnya. Ada beberapa pertanyaan untuk mencari fakta sejarah yaitu : where (dimana?), who (siapa?), when (kapan?), what (apa?), how (bagaimana?), why (mengapa? dan apa jadinya?) tentang suatu peristiwa. Ilmu sejarah, termasuk sejarah gereja, tidak pernah menciptakan gambaran yang mutlak dan baku tentang masa lampau, melainkan harus selalu mancari interpretasi, nilai, malah gambaran yang baru, yang dapat mempertanggungjawabkan masa silam kepada generasi atau gereja sekarang ini.[2]  
Kata Gereja berasal dari kata portugis yaitu Igreja, dan dalam bahasa Yunani adalah ekklesia dan   kurakion, bahasa Inggrisnya Church, dan bahasa Belandanya kerk. Ekklesia artinya mereka yang dipanggil. Yang pertama-tama dipanggil oleh Kristus adalah para murid, sesudah kenaikan Tuhan Yesus ke surga, para murid disebut rasul dan mereka diutus Tuhan ke seluruh penjuru dunia untuk memberitakan Injil sehingga lahirlah gereja.[3] Berkhof dan Enklaar mengatakan gereja ada oleh sebab Yesus memanggil orang menjadi pengiringNya. Orang tersebut dipanggil dalam persekutuan dengan Yesus Kristus yaitu Gereja. Ditambahkannya bahwa gereja bukan hanya menekankan persekutuan tetapi juga tugas atau amanat gereja (Bnd Mat 28:19, Kis 1:8). Gereja lahir dari amanat Yesus dan gereja harus terus melaksanakan amanat tersebut. Ini berarti gereja dan pekabaran Injil sama saja.[4]

2. Definisi Sejarah Gereja
Th van den End mengibaratkan gereja sebagai pohon, yang tumbuh dari tunas yang kecil dan akhirnya menjadi batang yang besar, ada cabang dan ranting-rantingnya, demikian juga gereja yang berasal dari jemaat yang kecil akhirnya menjadi banyak gereja yang berbeda-beda tata cara kebaktian, tata gerejanya dan ajarannya.  Gereja yang lahir dalam Perjanjian Baru akhirnya menjadi gereja-gereja pada saat ini yang berbagai-bagai aliran. Ada gereja Protestan, ada gereja Katholik, ada gereja Pentakosta, ada gereja Kharismatik, dll.
Th van den End mengatakan Sejarah gereja sebagai kisah tentang perkembangan-perkembangan dan perubahan-perubahan yang dialami oleh gereja selama di dunia ini. Yaitu kisah tentang pergumulan antara Injil dengan bentuk-bentuk yang kita pakai untuk mengungkapkan Injil itu. Van Den End mengambil contoh dari khotbah Petrus di Yerusalem dalam Kisah 2 yang berlainan dengan khotbah Paulus di Atena dalam Kisah 17 walaupun isinya sama yaitu Injil (Berita kesukaan)[5]. Jadi gereja bisa berbeda-beda karena lingkungan yang berbeda-beda, ada lingkungan Yunani, ada lingkungan Yahudi, dll.
Berkhof dan Enklaar mengatakan Ilmu Sejarah Gereja sama dengan memeriksa apakah, bagaimanakah, dan sampai di manakah gereja sadar dan setia akan wujud dan amanatnya, lalu apakah dan bagaimanakah gereja diberi kesempatan untuk hidup di dunia ini menurut wujud dan amanatnya sepanjang sejarahnya dari dulu sampai sekarang. Untuk menguraikan sejarah gereja dapat ditinjau dari beberapa sudut. Misalnya dari sudut Amanat kita dapat melihat sejarah Dogma dan sejarah Pekabaran Injil. Dari sudut gereja dimajukan atau dihalangi dunia dapat dilihat dari hubungan gereja dan negara.[6]
Th van den end mengatakan sejarah gereja adalah juga sejarah panggilan dan sejarah jawaban yang diberikan manusia kepada panggilan itu. Panggilan dan jawaban itu tidak selalu sama bentuknya sesuai dengan lingkungannya masing-masing. Perbedaan ini disebabkan latar belakang sang zendeling, hubungan politis negeri asalnya dengan daerah penginjilannya, ajaran gerejanya, corak kerohaniannya, dan lain-lain yang berlaku di gerejanya. Jawaban orang-orang yang diinjili juga berbeda-beda. Siapa yang diinjili, orang per orang atau kelompok masyarakat, apa maksud pekabaran Injil pada saat itu, bentuk-bentuk Pekabaran Injil akan mempengaruhi kehidupan gereja itu pada masa akan datang. Ada lagi yang mempengaruhi yaitu faktor dari dalam yaitu agama lama, adat serta kebudayaan, susunan masyarakat. Dan ada lagi faktor modernisasi.[7]

Ch de Jonge berpendapat tentang pokok sejarah gereja yang dapat dibedakan dua macam, yaitu[8] :
      1.   Pendapat yang bertitik tolak dari apa yang dapat dilihat, dari kenyataan empiris     
            yaitu melihat gereja-gereja yang ada secara konkrit.
Dari pendapat yang mencari titik tolak dalam kenyataan empiris mengatakan sejarah gereja adalah sejarah agama Kristen. Pokok penelitiannya adalah segala gejala agama Kristen dan segala bentuk yang dipakai manusia untuk mengungkapkan agama Kristen ini. Di sini sejarah gereja hampir sama dengan ilmu agama hanya di sini diutamakan segi historis dari agama yaitu bagaimana agama diberi bentuk pada masa lampau. Di sini gereja dianggap hanya salah satu gejala agama Kristen. Gereja hanyalah tempat orang Kristen mengorganisasikan dirinya. Memang pernyataan agama Kristen banyak yang bisa diteliti tetapi gereja sebagai organisasi terpenting dalam agama Kristen kurang diperhatikan.[9] Untuk menutupi kekurangan ini ada pendapat sebagai berikut sejarah gereja adalah sejarah perhimpunan-perhimpunan yang mengakui Yesus Kristus. Pendapat ini terlalu luas. Perhimpunan bisa saja persekutuan, dan sulit apakah kelompok tersebut memang benar dalam memakai nama Kristen tanpa membedakan gereja yang benar dan sesat, dan penilaian ini sudah sampai ke dalam bidang theologia.

  1. Pendapat-pendapat yang bertolak dari pandangan theologis mengenai gereja  yaitu
            menetapkan ukuran theologis tentang gereja dan kemudian meneliti serta menilai  
            apa dan sampai di mana gereja-gereja yang ada berkesesuaian dengan ukuran 
            tersebut.

Pendapat ini mengatakan sejarah gereja adalah sejarah gereja Yesus Kristus, pendapat ini dahulu dianut oleh ahli sejarah RK. Gereja Katholik Roma yang boleh dikatakan gereja, sementara itu gereja-gereja yang lain tidak boleh memakai nama gereja karena coraknya yang berbeda misalnya tidak mengakui paus sebagai kepala gereja mewakili Kristus. Sejarah Gereja RK yang resmi yang lain dianggap palsu. Definisi ini muncul disebabkan ajaran theologis mengenai gereja dan pendapat ini sudah ditinggalkan sesudah konsili vatikan II karena di luar gereja RK ada banyak perhimpunan yang mempunyai corak penting dari gereja Kristus. Gereja RK sudah mereformasi gereja RK dari dalam. Gereja RK sudah menganggap gereja yang menyaksikan Kristus sudah layak dianggap gereja.
Lalu menurut Ch de Jonge muncullah pendapat tentang gereja Yesus Kristus sebagai istilah theologis, tetapi ukuran ini menghasilkan pernyataan bahwa di dunia ini tidak ada gereja yang sempurna yang sesuai dengan ajaran Perjanjian Baru tentang gereja. Jadi sejarah gereja sekaligus menjadi sejarah dosa manusia karena manusia sering tidak taat kepada Injil Yesus Kristus atau dapat juga dikatakan sejarah gereja adalah sejarah tubuh Kristus di dalam dunia ini.  
Ada lagi ahli (Ebeling) yang mengatakan sejarah gereja adalah sejarah tafsiran Alkitab. Dikatakannya bahwa selama sejarahnya gereja berusaha mewujudkan Alkitab PL dan PB melalui perbuatannya dan ajarannya.[10] 


Pokok penelitian sejarah gereja adalah :
1.   Perhimpunan-perhimpunan orang yang mengakui Kristus dan orang-orang yang    mengakui Kristus tetapi memisahkan diri dari gereja (secara kenyataan).
2.   Pernyataan perhimpunan atau orang yang mengakui Kristus benar-benar didasarkan Alkitab (secara theologis). Apakah benar-benar perhimpunan atau orang tersebut benar-benar gereja Yesus Kristus yang benar-benar taat kepada Yesus Kristus.
Melalui 2 pernyataan di atas Ch de Jonge mengusulkan definisi sejarah gereja sebagai berikut : ilmu sejarah gereja adalah ilmu yang meneliti bagaimana hidup manusia dipengaruhi dan diubah oleh keselamatan yang diberikan Allah dalam Yesus Kristus kepadanya (uraian kenyataan) dan apakah perwujudan keselamatan dalam kehidupan manusia yang digumuli oleh gereja, sebagai persekutuan orang yang mengakui Yesus Kristus, sesuai dengan Alkitab (nilai Theologis).[11]
Jadi sejarah gereja bukan hanya mencari fakta tetapi juga mencari kenyataan di belakang fakta. Jangan hanya terpukau dengan hal-hal yang bersifat empiris dan yang non empiris disebut tubuh Kristus. Sejarah yang non empiris sangat perlu diteliti. Jika kita melakukan penelitian sejarah gereja harus juga melihat aspek perkembangan theologisnya, perkembangan ajarannya dan perkembangan iman orang percaya pada zamannya.

3. Sejarah Gereja sebagai Mata Pelajaran Theologis
Dr Anne Ruck mengatakan belajar sejarah gereja bukan menghafal nama dan tahun, melainkan bertanya misalnya : siapa yang menabur benih dan siapa penyiramnya ? ini sama dengan kesaksian I Kor 3:6 Rasul Paulus menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. Pertanyaan selanjutnya siapakah penginjil, pendiri gereja, pastor, pendeta, pemimpin? Bagaimana latar belakang dan motivasinya? Benih adalah Injil : bagaimanakah Injil dinyatakan dalam konteks Asia? Bagaimanakah keadaan tanahnya? Mengapa kekristenan bisa berakar di tempat atau masa tertentu, sementara di tempat lain tidak? Faktor-faktor manakah yang mempengaruhi perkembangan gereja?[12]
Ch de Jonge mengatakan sejarah gereja dalam pendidikan theologia tidak berdiri sendiri, tetapi berhubungan erat dengan mata pelajaran lain seperti sistematika dan Biblika. Melalui pernyataan ini ada 2 pertanyaan yang dapat diajukan yaitu :
1.  Apa unsur-unsur theologis dalam ilmu sejarah gereja yang dipelajari dalam rangka pendidikan theologia? Perlu dipertanyakan perkembangan theologia selama sejarah gereja? Bagaimana mereka menafsirkan Alkitab? Apakah gereja hanya mendasarkan  ajarannya hanya kepada Alkitab atau juga kepada pikiran lain seperti filsafat? Apakah rumusan theologianya benar? Amanat mana yang diambil daripadanya untuk dilaksanakan gereja (dalam struktur, kegiatan-kegiatan, ibadah-ibadah dan penghayatan iman dalam gereja) ? Apakah ada tata gerejanya? Apakah ada tata ibadahnya? Bagaimana cara berkhotbahnya? Apakah ada kathekisasi ?
Ada tiga unsur pertanyaan secara theologis yaitu : 1. Dipertanyakan perkembangan theologia selama sejarah gereja, 2. Apakah theologia yang dirumuskan itu benar?  Apakah gereja hanya mendasarkan ajarannya kepada Alkitab saja atau juga kepada yang lain? dan 3. Apakah praktek gerejani dalam sejarah gereja selalu sesuai dengan Alkitab?
2. Bagaimana hubungan sejarah gereja dengan mata pelajaran lain dalam pendidikan theologia?
Belajar sejarah gereja harus terbuka terhadap ilmu yang lain khususnya ilmu theologia seperti ilmu biblika, sistematika, dogmatika dan praktika. Ilmu sejarah harus kritis dan waspada terhadap ilmu-ilmu yang lain. Karena ukuran yang disebut Alkitabiah mudah diganti dengan ukuran yang lain.
Kata theologia berarti berbicara tentang Allah. Tujuan ilmu theologia adalah berbicara tentang Allah atau memperhadapkan Firman Allah kepada dunia seperti yang dikatakan Karl Barth bahwa theologia adalah pemberitaan Firman Tuhan. Kesaksian Firman Tuhan ada dalam ilmu Biblika yang membantu kita untuk menemukan dasar dan ukuran untuk berbicara tentang Allah dalam dunia. Dasar ini dirumuskan kembali agar yang mendengarkan Firman Tuhan dapat mengerti pada zaman ini, inilah tugas ilmu theologia sistematika dan dogmatika  (yang mengutamakan segi teoritis dari berita dan ajaran) maupun etika (yang merumuskan konsekwensi praktis Firman Allah dalam dunia). Metode untuk membicarakan Firman Allah kepada dunia ini adalah tugas ilmu-ilmu theologia praktika. Tugas ilmu agama dan sejarah gereja adalah menghubungkan apa yang dibuat theologia praktika dan sistematika dengan realitas kehidupan manusia, khususnya kehidupan gereja sebagai persekutuan orang yang mendengarkan Firman Tuhan. Ilmu agama meneliti bagaimana cara manusia beragama  sehingga menjadi jelas di mana orang yang percaya kepada Firman Allah dalam Yesus Kristus adalah sama dengan orang yang beragama lain ataupun berbeda dari mereka. Sejarah gereja pertama-tama merupakan unsur dalam ilmu theologia yang lain sebab setiap bidang ilmu theologia mempunyai unsur historis. Ilmu sejarah gereja menjelaskan latar belakang ilmu-ilmu theologia yang lain. Dalam hubungan yang seimbang di antara ilmu-ilmu theologia maka tujuan ilmu theologia untuk memperhadapkan Firman Allah kepada dunia dapat diwujudkan.[13]
4. Guna Ilmu Sejarah Gereja untuk Studi Theologia
Guna ilmu Sejarah gereja untuk studi theologia adalah[14] :
  1. Memperkaya kita sebagai manusia dan sebagai orang percaya. Kita mengenal orang lain di zaman dan kebudayaan yang lain yang berusaha mengerti dan mempraktekkan iman percaya mereka.
  2.  Memperdalam pengetahuan dan pemikiran theologia kita. Sejarah gereja merupakan sumber yang kaya untuk tafsiran, dogmatika, etika dan theologia praktika yang dari padanya dapat kita ambil sesuatu untuk memperdalam dan memperluas theologia kita.
  3. Dalam sejarah gereja juga kita melihat penyimpangan-penyimpangan gereja dari tugas yang diberikan Allah kepadanya. Studi sejarah gereja dapat menjadikan kita lebih kritis dan waspada terhadap perkembangan baru dalam theologia.
  4. Untuk tidak memutlakkan pemikiran theologis kita. Gereja sudah hampir selama 2000 tahun memikirkan soal bagaimana memperhadapkan Firman Tuhan kepada dunia ini. Artinya apa yang kita pikirkan mungkin saja sudah dipikirkan oleh orang lain. Dengan demikian kita diajak untuk mencari tafsiran yang lebih baik, rumusan theologia yang lebih jelas, dan memperbaiki kehidupan gerejani lainnya.
  5. Menghubungkan kita dengan orang lain dalam gereja yang lain. Sejarah gereja adalah suatu pekerjaan oikumenis. Mempelajari gereja lain akan memperkaya gereja kita juga.    

5. Sejarah Gereja Batak Karo Protestan
Th van den End mengatakan Sejarah gereja sebagai kisah tentang perkembangan-perkembangan dan perubahan-perubahan yang dialami oleh gereja selama di dunia ini. Berkhof dan Enklaar mengatakan Ilmu Sejarah Gereja sama dengan memeriksa apakah, bagaimanakah, dan sampai di manakah gereja sadar dan setia akan wujud dan amanatnya, lalu apakah dan bagaimanakah gereja diberi kesempatan untuk hidup di dunia ini menurut wujud dan amanatnya sepanjang sejarahnya dari dulu sampai sekarang.  Ch de Jonge mengatakan ilmu sejarah gereja adalah ilmu yang meneliti bagaimana hidup manusia dipengaruhi dan diubah oleh keselamatan yang diberikan Allah dalam Yesus Kristus kepadanya (uraian kenyataan) dan apakah perwujudan keselamatan dalam kehidupan manusia yang digumuli oleh gereja, sebagai persekutuan orang yang mengakui Yesus Kristus, sesuai dengan Alkitab (nilai Theologis).
Sejarah Gereja Batak Karo Protestan dapat juga dilihat melalui cangkul Van den End dan Berkhof dan Enklaar ini sebagai berikut :
  1. Firman Tuhan disebar di bumi Karo (1890-1900).
  2. Pembentukan Ressort Pelayanan (1900-1940)
  3. Kemandirian GBKP dan Masa Penderitaan pada Zaman Jepang dan Perang Kemerdekaan RI (1940-1950)
  4. Masa Pembangunan Kembali (1950-1970)
  5. Masa Pembangunan Tri Tugas Gereja (1970-        )
Uraian singkat tentang Sejarah Gereja Batak Karo Protestan ini diuraikan melalui cangkul Th van den End dan Berkhof dan Enklaar ini akan dijelaskan penulis dalam paper ke III berjudul Periodisasi Sejarah Gereja.





6. Kesimpulan

1.      Sejarah gereja bukan hanya mencari fakta tetapi juga mencari kenyataan di belakang fakta. Jangan hanya terpukau dengan hal-hal yang bersifat empiris dan yang non empiris disebut tubuh Kristus. Sejarah yang non empiris sangat perlu diteliti. Jika kita melakukan penelitian sejarah gereja harus juga melihat aspek perkembangan theologisnya, perkembangan ajarannya dan perkembangan iman orang percaya pada zamannya.

2.      Sejarah gereja dalam penelitiannya juga memakai ilmu theologia yang lain (biblika, sistematika, dogmatika dan praktika). Demikian juga ilmu theologia yang lain juga  memakai ilmu sejarah gereja untuk melihat segi historisnya. Selain memakai ilmu theologia yang lain, sejarah gereja juga terbuka untuk memakai ilmu yang lain seperti sosiologi, hukum, dll.

3.      Ilmu sejarah gereja berguna bagi kita untuk dipelajari. Kegunaannya adalah memperkaya kita sebagai orang percaya, memperdalam pengetahuan dan theologia kita, menjadikan kita lebih kritis dan waspada, kita tidak lagi memutlakkan pemikiran theologia kita, dan menumbuhkan pemahaman oikumenis dalam hidup kita.


























Daftar Kepustakaan


Berkhof, H & Enklaar, IH
1991                                                                    Sejarah Gereja, Jakarta

de Jonge, C
1989                                                                      Pembimbing ke dalam Sejarah Gereja,Jakarta

Gottschalk, L
            1975                                   Mengerti Sejarah, Jakarta

Ruck, Anne
1997                                                                      Sejarah Gereja Asia, Jakarta

van den end, Th
1991                                                                      Harta Dalam Bejana, Jakarta
            1993                                   Ragi Carita 1, Jakarta



[1] Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, Jakarta, 1975
[2] Dr Ch de Jonge, Pembimbing ke dalam Sejarah Gereja, Jakarta, Hlm.19
[3] Dr Th van den End, Harta Dalam Bejana, Jakarta, 1991, Hlm. 7.
[4] Dr H Berkhof & Dr IH Enklaar, Sejarah Gereja, Jakarta, 1991, Hlm. vii
[5] Dr Th van den End, Op.Cit, Hlm 8.
[6] Berkhof & Enklaar, Op.Cit, Hlm. viii
[7] Dr Th van den End, Ragi Carita 1, Jakarta, 1993, Hlm. 6 - 7
[8] Ch de Jonge, Op.Cit, Hlm. 19
[9] Ibid, Hlm 20
[10] Ibid, Hlm 23
[11] Ibid,Hlm.26
[12] Dr Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia, Jakarta, 1997, Hlm.3
[13] Ch de Jonge, Op.Cit, Hlm 26-34
[14] Ibid,Hlm,34-38

Tidak ada komentar:

Posting Komentar