Sekilas Tentang Sejarah Gereja
1. Pendahuluan
Untuk menjelaskan definisi
sejarah gereja, penulis memberikan definisi sejarah terlebih dahulu, Louis Gottschalk mengatakan bahasa Inggris sejarah
(history) berasal dari kata benda Yunani istoria
yang berarti ilmu pertelaan mengenai gejala-gejala (terutama hal ihwal manusia)
dalam urutan kronologis.[1]
Dalam bahasa
Indonesia dapat berarti riwayat kejadian masa lampau yang
benar-benar terjadi atau riwayat asal usul keturunan (terutama untuk raja-raja
yang memerintah). Kata Sejarah berasal dari kata Syajaratun atau Syajarah
dalam bahasa Arab
yang artinya pohon
atau silsilah. Umumnya sejarah atau ilmu sejarah diartikan sebagai informasi
mengenai kejadian yang sudah lampau. Sejarah adalah peristiwa yang pernah
diinformasikan, dituliskan, dianalisa, diinterpretasikan. Peristiwa itu ada
pada masa lampau atau masa yang sudah lalu. Tidak ada sejarah tanpa pengaruh
tafsiran penulis sejarah itu (disebut fakta subyektif), itulah yang disebut
kreasi dari penulis sejarah. Dikatakan fakta subyektifitas jika si peneliti dapat
mempertanggungjawabkan apa yang diteliti berdasarkan fakta, analisa dan
interpretasinya. Dengan demikian sejarah tidak terlepas dari analisa dan
interpretasi penulisnya. Ada beberapa pertanyaan untuk mencari fakta sejarah
yaitu : where (dimana?), who (siapa?), when (kapan?), what (apa?), how
(bagaimana?), why (mengapa? dan apa jadinya?) tentang suatu peristiwa. Ilmu
sejarah, termasuk sejarah gereja, tidak pernah menciptakan gambaran yang mutlak
dan baku tentang masa lampau, melainkan harus selalu mancari interpretasi,
nilai, malah gambaran yang baru, yang dapat mempertanggungjawabkan masa silam
kepada generasi atau gereja sekarang ini.[2]
Kata Gereja berasal dari kata portugis yaitu Igreja, dan dalam bahasa Yunani adalah ekklesia dan kurakion, bahasa Inggrisnya Church, dan bahasa Belandanya kerk. Ekklesia artinya mereka yang
dipanggil. Yang pertama-tama dipanggil oleh Kristus adalah para murid, sesudah
kenaikan Tuhan Yesus ke surga, para murid disebut rasul dan mereka diutus Tuhan
ke seluruh penjuru dunia untuk memberitakan Injil sehingga lahirlah gereja.[3] Berkhof dan Enklaar
mengatakan gereja ada oleh sebab Yesus memanggil orang menjadi pengiringNya. Orang
tersebut dipanggil dalam persekutuan dengan Yesus Kristus yaitu Gereja. Ditambahkannya
bahwa gereja bukan hanya menekankan persekutuan tetapi juga tugas atau amanat
gereja (Bnd Mat 28:19, Kis 1:8). Gereja lahir dari amanat Yesus dan gereja
harus terus melaksanakan amanat tersebut. Ini berarti gereja dan pekabaran
Injil sama saja.[4]
2. Definisi Sejarah Gereja
Th van den End mengibaratkan
gereja sebagai pohon, yang tumbuh dari tunas yang kecil dan akhirnya menjadi
batang yang besar, ada cabang dan ranting-rantingnya, demikian juga gereja yang
berasal dari jemaat yang kecil akhirnya menjadi banyak gereja yang berbeda-beda
tata cara kebaktian, tata gerejanya dan ajarannya. Gereja yang lahir dalam Perjanjian Baru
akhirnya menjadi gereja-gereja pada saat ini yang berbagai-bagai aliran. Ada gereja Protestan, ada gereja Katholik,
ada gereja Pentakosta, ada gereja Kharismatik, dll.
Th van den End mengatakan Sejarah gereja sebagai kisah tentang
perkembangan-perkembangan dan perubahan-perubahan yang dialami oleh gereja
selama di dunia ini. Yaitu kisah tentang pergumulan antara Injil dengan
bentuk-bentuk yang kita pakai untuk mengungkapkan Injil itu. Van Den End
mengambil contoh dari khotbah Petrus di Yerusalem dalam Kisah 2 yang berlainan
dengan khotbah Paulus di Atena dalam Kisah 17 walaupun isinya sama yaitu Injil
(Berita kesukaan)[5]. Jadi gereja bisa berbeda-beda karena
lingkungan yang berbeda-beda, ada lingkungan Yunani, ada lingkungan Yahudi,
dll.
Berkhof dan Enklaar mengatakan Ilmu Sejarah Gereja sama dengan memeriksa
apakah, bagaimanakah, dan sampai di manakah gereja sadar dan setia akan wujud
dan amanatnya, lalu apakah dan bagaimanakah gereja diberi kesempatan untuk
hidup di dunia ini menurut wujud dan amanatnya sepanjang sejarahnya dari dulu
sampai sekarang. Untuk menguraikan sejarah gereja dapat ditinjau dari
beberapa sudut. Misalnya dari sudut Amanat kita dapat melihat sejarah Dogma dan
sejarah Pekabaran Injil. Dari sudut gereja dimajukan atau dihalangi dunia dapat
dilihat dari hubungan gereja dan negara.[6]
Th van den end mengatakan sejarah gereja adalah juga sejarah panggilan
dan sejarah jawaban yang diberikan manusia kepada panggilan itu. Panggilan
dan jawaban itu tidak selalu sama bentuknya sesuai dengan lingkungannya
masing-masing. Perbedaan ini disebabkan latar belakang sang zendeling, hubungan
politis negeri asalnya dengan daerah penginjilannya, ajaran gerejanya, corak
kerohaniannya, dan lain-lain yang berlaku di gerejanya. Jawaban orang-orang
yang diinjili juga berbeda-beda. Siapa yang diinjili, orang per orang atau
kelompok masyarakat, apa maksud pekabaran Injil pada saat itu, bentuk-bentuk
Pekabaran Injil akan mempengaruhi kehidupan gereja itu pada masa akan datang. Ada
lagi yang mempengaruhi yaitu faktor dari dalam yaitu agama lama, adat serta
kebudayaan, susunan masyarakat. Dan ada lagi faktor modernisasi.[7]
Ch de Jonge berpendapat tentang
pokok sejarah gereja yang dapat dibedakan dua macam, yaitu[8] :
1.
Pendapat yang bertitik tolak dari apa yang dapat dilihat, dari kenyataan
empiris
yaitu melihat gereja-gereja yang ada secara konkrit.
Dari
pendapat yang mencari titik tolak dalam kenyataan empiris mengatakan sejarah
gereja adalah sejarah agama Kristen. Pokok penelitiannya adalah segala
gejala agama Kristen dan segala bentuk yang dipakai manusia untuk mengungkapkan
agama Kristen ini. Di sini sejarah gereja hampir sama dengan ilmu agama hanya
di sini diutamakan segi historis dari agama yaitu bagaimana agama diberi bentuk
pada masa lampau. Di sini gereja dianggap hanya salah satu gejala agama
Kristen. Gereja hanyalah tempat orang Kristen mengorganisasikan dirinya. Memang
pernyataan agama Kristen banyak yang bisa diteliti tetapi gereja sebagai
organisasi terpenting dalam agama Kristen kurang diperhatikan.[9] Untuk menutupi kekurangan ini ada
pendapat sebagai berikut sejarah gereja adalah sejarah
perhimpunan-perhimpunan yang mengakui Yesus Kristus. Pendapat ini terlalu
luas. Perhimpunan bisa saja persekutuan, dan sulit apakah kelompok tersebut
memang benar dalam memakai nama Kristen tanpa membedakan gereja yang benar dan
sesat, dan penilaian ini sudah sampai ke dalam bidang theologia.
- Pendapat-pendapat yang bertolak dari pandangan theologis mengenai gereja yaitu
menetapkan ukuran theologis tentang gereja dan
kemudian meneliti serta menilai
apa dan sampai di mana gereja-gereja yang ada
berkesesuaian dengan ukuran
tersebut.
Pendapat
ini mengatakan sejarah gereja adalah sejarah gereja Yesus Kristus, pendapat
ini dahulu dianut oleh ahli sejarah RK. Gereja Katholik Roma yang boleh
dikatakan gereja, sementara itu gereja-gereja yang lain tidak boleh memakai
nama gereja karena coraknya yang berbeda misalnya tidak mengakui paus sebagai
kepala gereja mewakili Kristus. Sejarah Gereja RK yang resmi yang lain dianggap
palsu. Definisi ini muncul disebabkan ajaran theologis mengenai gereja dan
pendapat ini sudah ditinggalkan sesudah konsili vatikan II karena di luar
gereja RK ada banyak perhimpunan yang mempunyai corak penting dari gereja
Kristus. Gereja RK sudah mereformasi gereja RK dari dalam. Gereja RK sudah
menganggap gereja yang menyaksikan Kristus sudah layak dianggap gereja.
Lalu
menurut Ch de Jonge muncullah pendapat tentang gereja Yesus Kristus sebagai
istilah theologis, tetapi ukuran ini menghasilkan pernyataan bahwa di dunia ini
tidak ada gereja yang sempurna yang sesuai dengan ajaran Perjanjian Baru
tentang gereja. Jadi sejarah gereja sekaligus menjadi sejarah dosa manusia
karena manusia sering tidak taat kepada Injil Yesus Kristus atau dapat juga
dikatakan sejarah gereja adalah sejarah tubuh Kristus di dalam dunia ini.
Ada lagi
ahli (Ebeling) yang mengatakan sejarah gereja adalah sejarah tafsiran
Alkitab. Dikatakannya bahwa selama sejarahnya gereja berusaha mewujudkan
Alkitab PL dan PB melalui perbuatannya dan ajarannya.[10]
Pokok
penelitian sejarah gereja adalah :
1. Perhimpunan-perhimpunan
orang yang mengakui Kristus dan orang-orang yang mengakui Kristus tetapi memisahkan diri
dari gereja (secara kenyataan).
2. Pernyataan
perhimpunan atau orang yang mengakui Kristus benar-benar didasarkan Alkitab (secara
theologis). Apakah benar-benar
perhimpunan atau orang tersebut benar-benar gereja Yesus Kristus yang
benar-benar taat kepada Yesus Kristus.
Melalui 2
pernyataan di atas Ch de Jonge mengusulkan definisi sejarah gereja sebagai
berikut : ilmu sejarah gereja adalah ilmu yang meneliti bagaimana hidup
manusia dipengaruhi dan diubah oleh keselamatan yang diberikan Allah dalam
Yesus Kristus kepadanya (uraian kenyataan) dan apakah perwujudan keselamatan
dalam kehidupan manusia yang digumuli oleh gereja, sebagai persekutuan
orang yang mengakui Yesus Kristus, sesuai dengan Alkitab (nilai Theologis).[11]
Jadi
sejarah gereja bukan hanya mencari fakta tetapi juga mencari kenyataan di
belakang fakta. Jangan hanya terpukau dengan hal-hal yang bersifat empiris dan
yang non empiris disebut tubuh Kristus. Sejarah yang non empiris sangat perlu
diteliti. Jika kita melakukan penelitian sejarah gereja harus juga melihat
aspek perkembangan theologisnya, perkembangan ajarannya dan perkembangan iman
orang percaya pada zamannya.
3. Sejarah
Gereja sebagai Mata Pelajaran Theologis
Dr Anne Ruck mengatakan
belajar sejarah gereja bukan menghafal nama dan tahun, melainkan bertanya
misalnya : siapa yang menabur benih dan siapa penyiramnya ? ini sama dengan
kesaksian I Kor 3:6 Rasul Paulus menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang
memberi pertumbuhan. Pertanyaan selanjutnya siapakah penginjil, pendiri gereja,
pastor, pendeta, pemimpin? Bagaimana latar belakang dan motivasinya? Benih
adalah Injil : bagaimanakah Injil dinyatakan dalam konteks Asia?
Bagaimanakah keadaan tanahnya? Mengapa kekristenan bisa berakar di tempat atau masa
tertentu, sementara di tempat lain tidak? Faktor-faktor manakah yang
mempengaruhi perkembangan gereja?[12]
Ch de Jonge mengatakan sejarah gereja dalam pendidikan theologia tidak
berdiri sendiri, tetapi berhubungan erat dengan mata pelajaran lain seperti
sistematika dan Biblika. Melalui pernyataan
ini ada 2 pertanyaan yang dapat diajukan yaitu :
1. Apa unsur-unsur theologis dalam ilmu sejarah
gereja yang dipelajari dalam rangka pendidikan theologia? Perlu dipertanyakan
perkembangan theologia selama sejarah gereja? Bagaimana mereka menafsirkan
Alkitab? Apakah gereja hanya mendasarkan
ajarannya hanya kepada Alkitab atau juga kepada pikiran lain seperti
filsafat? Apakah rumusan theologianya benar? Amanat mana yang diambil
daripadanya untuk dilaksanakan gereja (dalam struktur, kegiatan-kegiatan, ibadah-ibadah
dan penghayatan iman dalam gereja) ? Apakah ada tata gerejanya? Apakah ada tata
ibadahnya? Bagaimana cara berkhotbahnya? Apakah ada kathekisasi ?
Ada tiga unsur pertanyaan secara theologis yaitu : 1. Dipertanyakan perkembangan theologia selama
sejarah gereja, 2. Apakah theologia yang dirumuskan itu benar? Apakah gereja hanya mendasarkan ajarannya
kepada Alkitab saja atau juga kepada yang lain? dan 3. Apakah praktek gerejani
dalam sejarah gereja selalu sesuai dengan Alkitab?
2. Bagaimana hubungan sejarah gereja dengan mata pelajaran lain dalam
pendidikan theologia?
Belajar sejarah gereja harus terbuka terhadap ilmu yang lain khususnya ilmu
theologia seperti ilmu biblika, sistematika, dogmatika dan praktika. Ilmu sejarah harus kritis dan waspada terhadap ilmu-ilmu
yang lain. Karena ukuran yang disebut Alkitabiah mudah diganti dengan ukuran
yang lain.
Kata theologia berarti berbicara tentang Allah. Tujuan ilmu theologia
adalah berbicara tentang Allah atau memperhadapkan Firman Allah kepada dunia
seperti yang dikatakan Karl Barth bahwa theologia adalah pemberitaan Firman
Tuhan. Kesaksian Firman Tuhan ada dalam ilmu Biblika yang membantu kita untuk
menemukan dasar dan ukuran untuk berbicara tentang Allah dalam dunia. Dasar ini
dirumuskan kembali agar yang mendengarkan Firman Tuhan dapat mengerti pada
zaman ini, inilah tugas ilmu theologia sistematika dan dogmatika (yang mengutamakan segi teoritis dari berita
dan ajaran) maupun etika (yang merumuskan konsekwensi praktis Firman Allah
dalam dunia). Metode untuk membicarakan Firman Allah kepada dunia ini adalah
tugas ilmu-ilmu theologia praktika. Tugas ilmu agama dan sejarah gereja
adalah menghubungkan apa yang dibuat theologia praktika dan sistematika dengan
realitas kehidupan manusia, khususnya kehidupan gereja sebagai persekutuan
orang yang mendengarkan Firman Tuhan. Ilmu agama meneliti bagaimana cara
manusia beragama sehingga menjadi jelas
di mana orang yang percaya kepada Firman Allah dalam Yesus Kristus adalah sama
dengan orang yang beragama lain ataupun berbeda dari mereka. Sejarah gereja
pertama-tama merupakan unsur dalam ilmu theologia yang lain sebab setiap bidang
ilmu theologia mempunyai unsur historis. Ilmu sejarah gereja menjelaskan latar
belakang ilmu-ilmu theologia yang lain. Dalam hubungan yang seimbang di antara
ilmu-ilmu theologia maka tujuan ilmu theologia untuk memperhadapkan Firman
Allah kepada dunia dapat diwujudkan.[13]
4. Guna Ilmu Sejarah Gereja untuk Studi
Theologia
Guna ilmu Sejarah gereja
untuk studi theologia adalah[14]
:
- Memperkaya kita sebagai manusia dan sebagai orang percaya. Kita mengenal orang lain di zaman dan kebudayaan yang lain yang berusaha mengerti dan mempraktekkan iman percaya mereka.
- Memperdalam pengetahuan dan pemikiran theologia kita. Sejarah gereja merupakan sumber yang kaya untuk tafsiran, dogmatika, etika dan theologia praktika yang dari padanya dapat kita ambil sesuatu untuk memperdalam dan memperluas theologia kita.
- Dalam sejarah gereja juga kita melihat penyimpangan-penyimpangan gereja dari tugas yang diberikan Allah kepadanya. Studi sejarah gereja dapat menjadikan kita lebih kritis dan waspada terhadap perkembangan baru dalam theologia.
- Untuk tidak memutlakkan pemikiran theologis kita. Gereja sudah hampir selama 2000 tahun memikirkan soal bagaimana memperhadapkan Firman Tuhan kepada dunia ini. Artinya apa yang kita pikirkan mungkin saja sudah dipikirkan oleh orang lain. Dengan demikian kita diajak untuk mencari tafsiran yang lebih baik, rumusan theologia yang lebih jelas, dan memperbaiki kehidupan gerejani lainnya.
- Menghubungkan kita dengan orang lain dalam gereja yang lain. Sejarah gereja adalah suatu pekerjaan oikumenis. Mempelajari gereja lain akan memperkaya gereja kita juga.
5. Sejarah Gereja Batak Karo Protestan
Th van den End mengatakan Sejarah gereja sebagai
kisah tentang perkembangan-perkembangan dan perubahan-perubahan yang dialami
oleh gereja selama di dunia ini. Berkhof dan Enklaar mengatakan Ilmu
Sejarah Gereja sama dengan memeriksa apakah, bagaimanakah, dan sampai di
manakah gereja sadar dan setia akan wujud dan amanatnya, lalu apakah dan
bagaimanakah gereja diberi kesempatan untuk hidup di dunia ini menurut wujud
dan amanatnya sepanjang sejarahnya dari dulu sampai sekarang. Ch de Jonge mengatakan ilmu sejarah
gereja adalah ilmu yang meneliti bagaimana hidup manusia dipengaruhi dan diubah
oleh keselamatan yang diberikan Allah dalam Yesus Kristus kepadanya (uraian
kenyataan) dan apakah perwujudan keselamatan dalam kehidupan manusia
yang digumuli oleh gereja, sebagai persekutuan orang yang mengakui Yesus
Kristus, sesuai dengan Alkitab (nilai Theologis).
Sejarah Gereja Batak Karo Protestan dapat juga
dilihat melalui cangkul Van den End dan Berkhof dan Enklaar ini sebagai berikut
:
- Firman Tuhan disebar di bumi Karo (1890-1900).
- Pembentukan Ressort Pelayanan (1900-1940)
- Kemandirian GBKP dan Masa Penderitaan pada Zaman Jepang dan Perang Kemerdekaan RI (1940-1950)
- Masa Pembangunan Kembali (1950-1970)
- Masa Pembangunan Tri Tugas Gereja (1970- )
Uraian singkat tentang Sejarah Gereja Batak Karo Protestan
ini diuraikan melalui cangkul Th van den End dan Berkhof dan Enklaar ini akan
dijelaskan penulis dalam paper ke III berjudul Periodisasi Sejarah Gereja.
6. Kesimpulan
1. Sejarah
gereja bukan hanya mencari fakta tetapi juga mencari kenyataan di belakang
fakta. Jangan hanya terpukau dengan
hal-hal yang bersifat empiris dan yang non empiris disebut tubuh Kristus. Sejarah
yang non empiris sangat perlu diteliti. Jika kita melakukan penelitian sejarah
gereja harus juga melihat aspek perkembangan theologisnya, perkembangan
ajarannya dan perkembangan iman orang percaya pada zamannya.
2. Sejarah gereja dalam penelitiannya juga memakai ilmu theologia
yang lain (biblika, sistematika, dogmatika dan
praktika). Demikian juga ilmu theologia yang lain juga memakai ilmu sejarah gereja untuk melihat segi
historisnya. Selain memakai ilmu theologia yang lain, sejarah gereja
juga terbuka untuk memakai ilmu yang lain seperti sosiologi, hukum, dll.
3. Ilmu sejarah gereja
berguna bagi kita untuk dipelajari. Kegunaannya adalah memperkaya kita sebagai
orang percaya, memperdalam pengetahuan dan theologia kita, menjadikan kita
lebih kritis dan waspada, kita tidak lagi memutlakkan pemikiran theologia kita,
dan menumbuhkan pemahaman oikumenis dalam hidup kita.
Daftar Kepustakaan
Berkhof, H & Enklaar, IH
1991
Sejarah Gereja, Jakarta
de Jonge, C
1989
Pembimbing ke dalam Sejarah Gereja,Jakarta
Gottschalk, L
1975 Mengerti
Sejarah, Jakarta
Ruck, Anne
1997
Sejarah Gereja Asia, Jakarta
van den end, Th
1991
Harta Dalam Bejana, Jakarta
1993 Ragi Carita
1, Jakarta
[1] Louis
Gottschalk, Mengerti Sejarah, Jakarta,
1975
[2] Dr Ch de
Jonge, Pembimbing ke dalam Sejarah Gereja, Jakarta, Hlm.19
[3] Dr Th
van den End, Harta Dalam Bejana, Jakarta,
1991, Hlm. 7.
[4] Dr H
Berkhof & Dr IH Enklaar, Sejarah Gereja, Jakarta, 1991, Hlm. vii
[5] Dr Th
van den End, Op.Cit, Hlm 8.
[6] Berkhof
& Enklaar, Op.Cit, Hlm. viii
[7] Dr Th
van den End, Ragi Carita 1, Jakarta,
1993, Hlm. 6 - 7
[8] Ch de
Jonge, Op.Cit, Hlm. 19
[9] Ibid,
Hlm 20
[10] Ibid,
Hlm 23
[11]
Ibid,Hlm.26
[12] Dr Anne
Ruck, Sejarah Gereja Asia, Jakarta,
1997, Hlm.3
[13] Ch de
Jonge, Op.Cit, Hlm 26-34
[14]
Ibid,Hlm,34-38
Tidak ada komentar:
Posting Komentar